4
Finally, We Made It
Posted by Line's Corner
on
11:09 AM
Tiba-tiba saya teringat bagaimana rasanya saya menggeret koper saya di
tengah musim salju yang masih sangat dingin itu: Berat, capek, mulut hidung
berasap, kuping seperti hilang rasa. Kalau diflash back, ternyata ada cerita
panjang sebelum itu, the story before going to US.
Bayangkan saja, kami bersepuluh
ini adalah orang-orang nekat yang berani mewujudkan mimpi untuk bisa berangkat
dan mengharumkan nama ITS di kancah internasional. Pada awalnya tidak banyak
yang tahu kami, tidak banyak yang tahu apa itu MUN. Namun kehadiran kami
membuat orang kini sadar, bahwa MUN adalah adalah salah satu lomba yang patut
diperjuangkan.
Sempat terpikir dalam benak saya
bahwa saya tidak akan bisa berangkat, apalagi penghambat terbesar adalah dana.
Tim HNMUN 2015: Mengenal kalian
bagi saya adalah anugerah. Anugerah yang menceritakan banyak kisah dan cerita
yang tidak bisa diceritakan betapa susah dan senangnya bisa menjadi bagian dari
kalian.
Dari kiri (Aidhil, Adit, Ocha, Ilmi, Rizal, Yabes, Umi Azmil, Ekky, Marvin, Yakob)
Saya banyak belajar tentang arti
kehidupan, karena nyatanya bagi saya HNMUN bukanlah hanya tentang sebuah lomba
diplomasi internasional, melainkan sebuah capaian dan proses yang panjang.
Dalam proses inilah saya memetik banyak hikmah dan pelajaran penting.
Berpikir bagaimana meyakinkan 10
orang untuk bisa berangkat, merencanakan bagaimana HNMUN ini benar-benar bisa
terealisasi bukan merupakan hal yang remeh temeh. Dalam sekitar waktu dua bulan
menuju keberangkatan, saya sudah mulai susah untuk tidur. Menjadi Head of
Delegate: ada perasaan khawatir bahwa saya tidak akan mampu menerbangkan mereka
ini yang sudah berani bermimpi untuk bisa berangkat ke Amerika. Saya takut
kalau saya tidak mampu. Hampir di setiap malam saya merenung bagaimana, kami,
officials, bisa memberangkatkan tim ini.
Kamipun berangkat dari modal nol rupiah,
tidak punya naungan UKM maupun organisasi resmi di ITS, dan tidak punya pelatih
resmi dari luar. Kami hanyalah sepuluh orang nekat yang yakin bahwa mimpi ini
bukan sekedar mimpi, namun ini mimpi yang patut untuk diperjuangkan.
Dalam benak saya, berangkat tidak
berangkat, saya harus tetap maju. Saya terus memegang prinsip ini, karena dalam
perjalanannya kami bertim mengalami masa-masa yang amat sulit saat mencari dana.
Betapa tidak susah, HNMUN ini bukan sekadar mendatangi perlombaan dan berjuang
yang terbaik saat lomba, namun perjuangan untuk berangkat adalah kunci dari
semua ini. No dana, no berangkat.
Kalau diingat-ingat, saya berasa
pernah menjadi orang gila, dan pernah membuat orang-orang di tim ini mejadi
gila. Bayangkan saja, hampir setiap hari kami berkumpul, formal tidak formal,
kami diskusi, rapat, menyebar proposal, follow up perusahaan-perusahaan dan
alumni. Pekerjaan ini kami lakukan terus dan terus setiap hari, bahkan di week-end
kami masih bertemu untuk sekadar lari bareng di stadion dan rapat membahas apa
yang perlu dipersiapkan. Kami sepakat bahwa agenda Amerika yang satu ini memang
menjadi agenda luar negeri ter-rempong so far dalam hidup kami. Pernah saya
merasa sangat bosan dengan agenda kumpul, dan sebar proposal, follow up, dan lalala.
Saya berusaha menjauh selama sehari, namun karena hati kami sudah terpat kuat,
rasa kangen selalu cepat muncul. Besoknya kumpul lagi, dan lagi. Minggu
depannya sebar proposal, simpan kontak perusahaan dan follow up (lagi). Sudah sekitar seratus proposal yang kami sebar
baik ke alumni ITS, pemerintahan, maupun perusahaan di jawa timur, Jakarta,
Sumbawa, Sulawesi, dan lain-lain.
Rasa capek, pusing dan penat
memikirkan dana 400 juta ini seakan hilang melihat tawa canda di tim ini yang
sampai sekarang kalau diingat, saya merasa beruntung memiliki teman yang sangat
ceria, dekat dan akrab seperti ini.
Entah sepertinya Tuhan telah
menganugerahi kami tekad dan kemauan yang kuat untuk berani berangkat. Saya
berani bilang gila, karena semuanya seperti tidak mungkin yang kemudian
tiba-tiba sudah ada cerita salju amerika dalam sejarah hidup kami.
Saat di kampus MIT
Saat di 9/11 New York
Dalam perjalanannya tidak semudah
dan semulus yang orang pikir. Kalau saya bilang, tim kami ini nano-nano.
Berbeda-beda ras, suku, agama maupun kebiasaan. Kamipun juga dari beda-beda
jurusan dengan cara pikir dan pandang yang berbeda pula. Tiba-tiba datang dan
bergabung dan inilah kami. Ternyata bisa juga menyatu.
Seru juga saat saya mendengar
bagaimana ribetnya adat Batak dan mengafal istilah mereka yang banyak, yang kadang
orang batak sendiripun masih bisa salah, seperti tulang, opung, eda, inang,
boru, amang boru, dan lain-lain. Sebagai orang Jawa yang juga masih belajar
tentang suku-suku lain, saya juga ter-impressed
dengan bahasa dan logat unik orang sunda yang saya sampai sekarang ingin
belajar bagaimana melogatkannya dengan benar. Dalam tim kami juga ada yang
cina, dari mereka saya banyak belajar tentang bagaimana menjadi orang yang
detail dan teliti dalam memperhitungkan semua hal. Suku Jawa, ya seperti
sebagaimana mestinya, kalem-kalem dan murah senyum. Hahaha. Kamipun juga tidak
semua muslim, ada juga yang Kristen dan Katolik. Warna kulitpun juga beda-beda
dari yang paling terang sampai yang paling gelap ada. Ada yang kuning, ada yang
coklat muda, coklat tua dan ada yang putih. Duh, kalo nano-nano ini dicampur
kadang sering berantem, tapi ujung-ujungnya tertawa bareng. Perbedaan inilah
yang sampai sekarang membekas sebagai pelangi yang mewarnai hidup saya.
Proses menuju HNMUN ini, meski
hanya 3 sampai 4 bulan, namun berasa 3 sampai 5 tahun. Karena kami benar-benar
merasa kemarin telah melakukan banyak hal, berasa seperti tidak mungkin
dilakukan dalam waktu sesingkat itu. Capek-capek rapat, mikir konsep, mengatur
formasi dalam MUN dan sampai bagaimana bertahan hidup di Amerika nantinya
ternyata membuat kami menjadi pribadi yang jauh lebih dewasa. Meski masih
sering baper, namun kedewasaan kami ternyata bertambah. Manis pahit kami
bersama tidak akan pernah bisa ditukar dengan kekayaan Raja Arab manapun.
Mengumpulkan tim ini hingga bisa menjadi suatu prestasi bagi kampus itu
sesuatu. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mau dan
memegang kemauan kuatnya untuk diperjuangkan.
Perkenalkan inilah tim kami,
orang-orang yang sangat menginspirasi saya.
Kami bersama patung John Harvard di Harvard University
- Yabes, partner sejati yang mengURGENTkan segala hal yang dianggapnya penting. Telah menjadi partner official yang open-minded dan penuh solusi. Pernah bersama saya berjuang di JUEMUN Jepang. Kadang moody, tetapi sangat tanggap terhadap permasalahan di dalam TIM. Sudah berkali-kali mengikuti MUN sehingga membuatnya expert di bidang diplomasi ini.
- Yakob, Hayati tempat curhatan dan keluhan sebelum keberangkatan. Karena dialah saya mengenal jutaan kuliner di Surabaya. Mahasiswa jos yang lulus 3.5 tahun asal Tekfis ini banyak menginspirasi saya untuk menjadi pribadi yang kuat dan berani. Bercita-cita menjadi New Yorker, dan merupakan orang yang selalu membuat tim ketawa meski ujung-ujungnya selalu ter-bully dan nylimurnya ke Umi dan Ekky.
- Ocha, cewe modis asal Tekling yang memiliki kemampuan berbahasa inggris diatas rata-rata. Rela bercapek-capek dan tidak tidur malam untuk mengerjakan position paper dan belajar untuk mempersiapkan diri di committee session. Suka makan ayam. Kritis dan selalu berusaha perfeksionis dalam segala hal. Tidak pernah memendam emosi dan supel.
- Ilmi, perempuan pekerja keras yang selalu baik hati dan bijaksana. Memiliki pemikiran yang kritis dan tanggap terhadap apa-apa. Punya link yang luar biasa luas. Memiliki kemampuan public speaking yang bagus, sangat ahli menelpon perusahaan-persahaan dan alumni.
- Umi Azmil, ratu arab, kiblat lapres elektro, yang menjadi sosok damai dalam tim. Selalu senyum dan tidak pernah marah. Selalu dipanggil umi. Suka nonton bola. Tempat penyejuk lara. Selalu menjadi bahan sanjungan hingga berujung pada tawa. Suka kwetiau porsi besar di deket rumahnya. Kuat: always racing PP ITS-Sidoarjo.
- Nduts Aidhil, paling ndut, suka baper dan pernah ada agenda menghilang di Washington yang bikin panik orang setim. Pernah menghilang beberapa hari dekat-dekat keberangkatan, karena baper. Supel banget dalam pergaulan. Bisa menempatkan diri dalam segala kondisi. Berani untuk menjadi jujur.
- Marvin Cepaule, selalu penuh perhitungan dan pertimbangan di setiap langkah yang diambil, apalagi yang berhubungan dengan uang dan bayar-bayar. Kritis dan antisipatif. Logis dalam berpikir. Jago fotografi. IPKnya wow tinggi.
- Adit, mahasiswa dengan segudang prestasi. Lengkap dengan fasilitas gadgetnya, memudahkan tim dalam mengeksplore jalan selama di Amerika. Tidak pernah perhitungan. Pinter desain dan meng-koding. Sudah melalang buana ke berbagai belahan dunia dengan prestasi-prestasinya.
- EKky, orang yang paling susah diajak komunikasi. Sering loss contact, dan pendiam. Melancong ke Amerika dengan bagasi 8 kg. Pinter berdebat pakai bahasa Inggris. Tapi kalau ke-loyal-an dan ke-nurut-an dialah jagonya.
- Dan saya sendiri
Semoga selalu solid sampai
kapanpun. Kalau sudah lulus, pisah atau kembali mengabdi di jurusan
masing-masing, jangan pernah lupakan perjuangan selama menjadi delegates ITS
untuk HNMUN 2015. Terus semangat menebar kebermanfaatan. Terus mengispirasi dan
jangan pernah berhenti berprestasi. Always be humble and never Give up.
Note: All photos are taken by Marvin Suganda's Cam