0
Globalisasi Kikis Kearifan Bangsa, Mahasiswa Angkat Tindakan?
Posted by Line's Corner
on
2:27 PM
Berbicara mengenai kearifan Bangsa Indonesia berarti telah menyinggung
pada ranah budaya bangsa, sebuah ranah yang memang berakar pada apa yang
diikuti oleh orang banyak. Bangsa Indonesia memang memiliki banyak sekali
potensi pada budayanya. Namun ini semua ternyata tak bertahan lama saat arus
globalisasi masuk ke Indonesia. Mahasiswa dalam perannya sebagai agent of
change ini lah yang berperan besar dalam bergotong royong, membangun kembali
peradaban bangsa dengan penuh nilai seperti yang dianut oleh nenek moyang zaman
dahulu.
Namun, apakah
teori mahasiswa menambah tingkat respect
orang terhadap kearifan bangsa ini benar? Mari sama-sama melihat betapa tragis
saat ini, orang-orang telah melupakan lagu-lagu daerah dan kesenian daerah
Indonesia. Mungkin banyak yang berpikiran bahwa bukan zamannya lagi melakukan
arak-arakan memakai baju daerah pada saat hari besar nasional. Mungkin banyak yang
bilang lagu rock dan pop sekarang yang paling cocok dengan
gaya hidup pemuda , bukan lagi dengan lantunan lagu-lagu daerah.
Regenerasi
bangsa yang menghilangkan sedikit demi sedikit budaya dan nilai luhur bangsa
ini yang nantinya akan sedikit-sedikit mengikis peradaban sejarah dan jati diri
bangsa kita. Sadar atau tidak, banyak negara yang sedang iri dengan kayanya
budaya bangsa Indonesia. Mulai dari tariannya yang beribu macam, dari yang
lemah gemulai hingga yang keras dan patah-patah, bahasa daerah yang beragam,
suku dan budaya-budaya lain. Cerita rakyat yang penuh inspirasi lokal dan
mengandung nilai kearifan moral pun juga perlahan terkikis oleh cerita fiktif
dan sinetron televisi. Memang kita telah banyak kehilangan kearifan bangsa
Indonesia.
Hilangnya
budaya untuk berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sopan
santun dalam menyapa dan bersikap juga menjadi suatu ancaman yang kini menerpa
kita. Mahasiswa yang digandrungi idealime yang kuat akan keinginan dan kemajuan
seakan memakan peradaban zaman. Mengalihkan segala hubungan kekeluargaan
menjadi hubungan dengan sosial media. Masuknya modernisasi ternyata menjadikan
mahasiswa banyak yang lupa akan nilai luhur kearifan bangsa. Sekarang kita
lihat, adakah mahasiswa yang tidak punya facebook,
twitter, atau handphone? Mereka
yang memang memilih hidup dalam dunia virtual akan merasakan kehilangan
momentum bertegur sapa dan bersosial dengan khalayak banyak.
Nah, sekarang
bagaimana aksi mahasiswa dalam menanggapi krisis kearifan bangsa ini? Ternyata
dalam faktanya belum banyak yang menyinggung masalah ini. Seolah semua berlalu
dan menganggap globalisasi berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi yang
benar dirasakan dalam penerapannya di dunia perkuliahan dan keseharian. Banyak
dari mahasiswa yang hanya fokus pada kemajuan teknologi pada satu sisi yakni
mengikuti perkembangan zaman saja. Pada hakikatnya, jika disadari, budaya barat
dalam hal ini, perlahan masuk ke dalam jiwa bangsa Indonesia. Coba simak dengan
teliti. Berapa orang sekarang yang lebih suka lagu barat dibanding lagu daerah
dan nasional. Bahkan hafalpun mungkin tidak.
Sejatinya,
mahasiswa dalam peranannya amat ditunggu dalam membuat gebrakan dalam
mengembalikan kearifan bangsa Indonesia. Sebenarnya tidak sulit kalau memang
dianggap mudah dan dikerjakan bersama-sama. Budaya luar boleh masuk, namun
bagaimana kita mem-filter-nya dengan
baik. Dan memang globalisasi adalah hal yang tidak bisa ditolak kehadirannya.
Kita boleh menyambut, namun disesuaikan lagi dengan kearifan budaya bangsa
Indonesia. Mari bersama memaknai kearifan bangsa Indonesia.
Post a Comment