0
Empat Hari, Tiga Negara
Posted by Line's Corner
on
3:45 AM
Trip ke Hong Kog ini
adalah trip yang terjadi akibat promo Singapore Airlines (SQ). Kira-kira
setahun yang lalu, SQ mengadakan promo ke beberapa destinasi menarik salah
satunya Hong Kong. Tanpa basa basi, sebagai fans berat SQ, saya langsung cari
tanggal dan mencoba menemukan harga paling bagus. Ketemulah 19-25 Sep 2017, tapi
trasit berangkatnya 19 jam di Singapore, saya sih tambah seneng karena bisa
jalan-jalan dulu seharian di SG. Tanggal ini saya pilih berdasarkan kira-kira
aja. Kira-kira saya sudah selesai yudisium dan kira-kira itu tanggal sebelum hari
H wisuda, padahal sebenarnya jawal pasti dari kampus belum keluar. E-ticket
issued. Saya sih nekat aja, mengingat 3.8Jt PP SUB-HKG by SQ adalah LANGKA.
Keadaan berkata lain,
mendekati keberangkatan, Saya ada jadwal tanda tangan ijazah tanggal 24
September. Sedih, tapi yasudah, kan jadwal kampus ga bisa diotak-atik, apalagi
ttd ijazah, mana bisa diwakilkan. Bingung antara berangkat atau ngga ke Hong
Kong ini. Tapi sayang juga sih kalo tiket dibuang percuma, mengingat tiket ini
tidak bisa di-reschedule ataupun di-refund (saya sampe menghubungi maskapai dan
traveloka untuk pemindahan jadwal tapi tetep ga bisa, namanya juga promo,
yasudah). Pada akhirnya, saya putuskan tetap berangkat. Karena jadwal yang
bermasalah adalah jadwal pulang, jadi saya harus beli tiket (lagi) kepulangan
dari HKG ke SUB 22 Sep malam. Cek traveloka, termurah scoot (saudaranya Tiger
Air) 1.8juta. Ga usah muluk-muluk cari SQ, karena mahalnya minta ampun (5 kali
lipat harga scoot). Ga pikir panjang, saya ambil scoot HKG Sub via SIN 22
September penerbangan malam hari. Loading, surprisingly, di menu pembayaran,
harganya jadi 900rb. Kok bisa jadi cuma separuhnya? Jangan-jangan ini HKG SIN
aja, SIN SUB nya ngga. Antara (agak) seneng dan bingung. Tapi cepet-cepet saya
selesaikan pembayarannya takut harga berubah lagi, LoL. Issuedlah tiket saya
HKG SUB, 900rb. Memang betul HKG-SUB 900rb saya dapat. Kerena penasaran, saya
cek ulang di menu pencarian tidak lama setelah itu, harga sudah balik ke 1.8Jt lagi. How lucky I was. Yasudah ini berarti
memang harus berangkat dengan pulangnya lebih cepat. Bismillah.
The view from my seat
SINGAPORE
Berangkat dari SUB pagi
jam 10.10 WIB, 19 Sep. Sampai SIN jam 13.30 Waktu Singapore. Pesawatnya A330
dengan konfigurasi seat 2-4-2. Pesawat ke Hong Kong masih besoknya, jam 08.40
dari SIN, jadi saya punya waktu transit 19 jam 10 menit. Setelah melewati
imigrasi, saya langsung exploring the city. Tujuan utama saya adalah hunting
foto di skydeck (Sands SkyPark) Marina Bay Sands. Sebenarnya
saya sudah pernah ke situ, tapi belum puas dengan gambar-gambar sebelumnya
(manusia memang tiada pernah puas yah). Malamnya, saya ke China Town untuk cari seafood untuk makan malam. Di china
town Singapore, banyak dijual seafood yang enak-enak, wajib coba kalu ke SG. Di
china town juga dijual berbagai macam souvenir dan barang-barang khas Singapore
yang bisa didapatkan dengan harga yang lebih miring daripada di tempat lain.
Sands SkyPark Singapore
China Town - Singapore
Me - in China Town Singapore
Malam hari; saya balik ke
bandara. Sengaja tidak memesan hotel di Singapore karena pengen mencoba
backpack dan tidur di Changi, bandara yang
digadang-gadang bagus banget dan juga sangat nyaman buat kelosotan dan
leyeh-leyeh. Dan memang ternyata yang tidur di bandara banyak, jadi berasa
banyak temennya. Yang penting hati-hati saja menjaga barang bawaan.
Pagi pukul 08.40 saya
terbang dari Singapore ke Hong Kong. Spesialnya adalah, pesawat saya Airbus
A380, konfigurasi seat 3-4-3 (main deck) dan 2-4-2 (upper deck). Peswat ini dua
lantai. Sudah kebyang kan besarnya seperti apa. Dari dulu (banget) saya bercita-cita
naik A380 dan alhamdulillah baru bisa kesampaian
saat ini. Pesawat segede itu, jatah seat banyak, tetep aja pesawat saya waktu
itu penuh. Iya sih, kan Singapore - Hong Kong memang salah satu rute yang cukup
sibuk.
HONG KONG
Siang hari yang terik,
12.40 waktu Hong Kong, saya menginjakkan kaki di tanah Hong Kong. Senang.
Excited. Sedih juga karena bakal cuma jadi short trip. Setelah urusan ambil bagasi
dan imigrasi selesai, langsung saya pasang local internet card di HP saya, waktu
itu belinya di 7-Eleven bandara. Internet bagi saya penting sekali pada saat
travelling: buat komunikasi, telepon, dan paling penting adalah buat kerja.
Liburan kok kerja? Iya, karena saya kerjanya online-based, jadi basically bisa kerja
dimana saja dan kapan saja. Hal ini lah yang membuat saya cukup fleksibel
kemana-mana. Tapi ya gitu, sedikit-dikit liat HP, balas chat, terima telpon.
Internet juga akan mempermudah kita menemukan tempat rekomendasi jalan-jalan,
menemukan rute perjalanan tercepat, mencari spot foto terbaik. Jangan lupa
kalau ke Hongkong download map-nya MTR (kereta Hong Kong, kaya MRT) atau
download app nya di app store/play store juga boleh. Map ini yang akan
memudahkan kita untuk memilih kereta mana yang akan dinaiki dan harus ambil
transit di station mana saja. Untuk naik MTR, biar ngga ribet, saya beli kartu octopus, yang didalamnya diisi saldo untuk
kemudian di-tap setiap kali mau naik kereta. Saldo bisa diisi ulang di station
manapun.
Saya menginap di Tsim Sha
Tsui, sebuah area yang sangat terkenal di Hongkong. Tempatnya strategis, dekat
dengan pusat keramaian. Ternyata memang benar sesuai dengan review orang-orang.
Kalau hotel di Hong Kong memang mostly bukan bangunan yang berdiri sendiri
sebagai hotel. Ga cukup lahannya. Mengingat Hong Kong padat sekali, jadi mereka
membangun gedung tinggi-tinggi dan itu sifatnya shared-building. Bisa jadi
lantai 1-5 adalah pertokoan, lantai 6-10 adalah hotel X, lantai 11-14 Hotel Y,
dan Lantai 15-18 hotel Z. Kira-kira seperti itu. Liftnya banyak, tangga nya
banyak. Jadi jangan kaget, kalau di map sudah dibilang “you are on your
location”, tapi ternyata kamu tidak menemukan hotelnya. Bisa jadi, hotelnya
jadi satu dengan bangunan yang ada di situ.
Sampai di kamar, saya
mandi, siap-siap exploring the city. Tanpa istirahat. Let’s go.
Masih siang. Masih ada
banyak waktu untuk jalan hari ini. Saya langsung berangkat ke Victoria Peak. Naik
MTR, saya turun di Central Station, ambil exit J2. Jalan keluar hingga
menemukan Peak Tram Lower Terminus, stasiun kereta yang khusus untuk naik ke Victoria peak. Ini bukan
seperti di Singapore atau New York yang kalau mau lihat kota dari atas harus
naik ke gedung tertinggi hingga mendapatkan view gedung-gedungnya; melainkan
naik ke atas bukit, literally bukit yang sudah terintegrasi dengan station
kereta. Victoria peak juga bisa diakses dengan kendaraan seperti taxi karena
sudah ada jalanan aspal nya yan menuju ke atas.
Nah by the way, tramp ini memang legendaris sekali. Kurang lengkap
kalau ke Victoria peak tanpa naik tramp. Jalur tramp ini naik, miring, sekitar
45 derajat, jalannya tidak terlalu cepat, bisa sambil lihat pemandangan kota
Hong Kong yang apik. Tapi, antre beli tiket-nya yang
ga kuat. Kita harus spend waktu kira-kira 2-3 jam untuk antre tiketnya. Karena,
saya ingin cepat, dan takut ga dapet sunset, akhirnya saya putuskan naik taxi
saja. Mahal sih, tapi harus. Biar ga kemaleman. Sudah jauh-jauh ke Hong Kong
tapi kalau ga dapet momen akan sangat disayangkan.
Di depan saya ada 2 orang
yang sepertinya juga geram liat antrean panjang itu. Saya ngobrol basa-basi
bentar, dan ujung-ujungnya saya ajak dia untuk naik taxi bareng. Ternyata mereka
mau. Mereka adalah sepasang kekasih berkebangsaan Israel yang sedang berlibur
(ceritanya saya obat nyamuknya waktu itu, *krik krik). Berangkatlah kami dengan
biaya taxi yang dibagi tiga. Ga mau dong kalau bayar mahal sendiri, hehe. Kalau
bisa murah dan cepat, kenapa ngga. Sekitar dua puluh menit menempuh perjalanan
yang melikung-likung (Seperti hidup ini), sampailah kami di atas. Dari taxi
drop off, kami harus masuk ke mall dulu, naik escalator berlantai-lantai hingga
sampailah kami di lantai observatory, paling atas. Anyway, saya ditinggal sama
mas dan mba Israel itu. Mereka pergi duluan setelah taxi drop off, karena saya
harus beli tiket dulu, sedang mereka sudah beli duluan dari kemaren-kemaren.
Nasib jombs.
Setalah sampai di top of
the top, semuanya berasa terbayar. Pemandangannya sudah ngga usah ditanyakan
lagi bagusnya. Tempat yang saya lihat selama ini di film-film action, sudah
real di depan mata. Waktu itu sore, langitnya cerah, biru kuning menuju senja.
Pas buat ambil gambar. Saya kerasan di Victoria peak sampe
malam. Tapi ya gitu, kalau mau gambar bagus harus berebut tempat spotting dan
antre dengan orang-orang. Tempatnya super rame, tapi sempit, ngga sebesar Skydeck-nya
Singapore.
Hong Kong seen from Victoria Peak (just before sunset)
Hong Kong seen from Victoria Peak (in the night)
Pulangnya, saya ada dua
pilihan lagi, naik taxi, atau naik tramp. Saya pilih naik tramp, mau coba
sensasi nya, setidaknya harus pernah. Akhirnya saya rela-relakan untuk membeli
tiket tramp yang antreannyaaaaaaaa mengular panjang (ngga lebay, memang
faktanya gitu). Tapi memang benar, rasanya berbeda. Naik tramp ini, asik, seru,
dan menegangkan karena menurun tajam. Pemandangan kota Hong Kong malam itu
bagus sekali. Gemerlap kota, perbukitan dan sungai-sungainya terlihat indah
berpadu. Tramp ini sesekali berjalan melewati bawah jembatan, bawah tanah dan
pada akhirnya sampai di Tramp Lower Terminus. Keluar dari situ, saya langsung
jalan ke stasiun MTR central (kurang lebih 1 km dari Tramp Lower Terminus).
Balik lah saya ke Tsim Sha Tsui.
Malam hari, saya sempat
terpikir bagaimana jika saya mencoba ke Macau juga. “Kan dekat, sekalian,
mumpung di sini”. I kept browsing how to go to macau and what are things to see
there. Browsing browsing sampai ngga kerasa, ketiduran akhirnya.
Pagi-pagi saya bangun dan
segera saya ke Hong Kong - Macau Ferry terminal. Awalnya sempat salah-salah
tempat sampai berkali-kali, udah kaya orang ilang cari-cari Ferry terminal ini.
Satu sumber bilang saya harus ke station A, satu sumber bilang di station B.
Pas saya kunjungi, lagi-lagi location spotnya adalah gedung besar. Ngga ada
terlihat ferry terminal. Sempat bingung dan cari ke option ferry terminal lain.
Inilah akibat trip tanpa itinerary, nyasar-nyasar, tapi ada seru-serunya dikit,
jadi ada sesuatu yang bakal diingat. Kadang sumber-sumber di blog-pun juga
kurang memberikan info yang lengap. Jadi, jalan-jalanpun sebenarnya harus cari
info yang mateng dari beberapa sumber, ngga hanya asal jalan aja.
Pas sampai di Hong Kong –
Macau ferry terminal, yang ternyata letaknya juga di mall, naik-naik escalator
juga, saya dihadapkan dengan banyak option penjual tiket ferry. Yang berbeda,
brand Ferry nya saja. Sama seperti pesawat, ada Garuda, ada Cathay, ada
Singapore Airlines, dll. Saya pilih cotay water jet waktu itu, random aja sih
sebenernya. Dapat jadwal berangkat ke macau-nya jam 13.30. Masih ada 1 jam
spare waktu, saya pakai untuk makan.
Setelah cukup kenyang,
saya masuk ke departure gate, yang sebelumnya harus melewati pengecekan tiket
dan imigrasi keluar Hong Kong. Indonesian passport Holders are free to enter
Hong Kong and Macau anyway, So, you don’t need to pay for Visa on arrival or
apply visa before your departure trip. Kapal ferry nya
nyaman dan berAC. Perjalan ini memakan waktu kira-kira satu jam. Awal berangkat
saya masih lancar internetan (pakai sim
card Hong Kong), tapi setelah setengah perjalan, sinyal saya kemudian hilang
sekejap, kebayang kan lagi balas-balas chat customer trus sinyal putus. Saat
itu saya sudah memasuki area laut Macau. Bisa sih intenetan, tapi kan roaming,
mahal. Saya masih ada 1 hari esok, jadi paket data ga boleh habis. Internet di
HP saya off-kan.
MACAU
Sampai di macau, saya
buru-buru jalan cepat (lari dikit-dikit) keluar dari ferry menuju Arrival
immigration Macau, karena kalau ngga jalan cepet, saya akan dapat antrean
imigrasi di belakang yang sudah pasti bakal antre lama. Berhasil. Saya sampai
di imigrasi dalam antrean pendek, agak depan. Tidak beberapa lama, benar saja,
di belakang saya antran sudah panjang. Huh, untung saja. Saya masuk ke Macau
tanpa masalah. Welcome to Macau.
Yang saya butuhkan
pertama adalah ganti sim card, karena lagi-lagi internetan dimanapun bagi saya
sangat penting, ngga bisa kalau mengandalkan wifi terus (karena ngga semua spot
ada wifi). Di Ferry Terminal Macau (Taipa) ini, ada fending machine yang jual
sim card. Nah, di situlah saya beli sim card Macau. Setelah konek dengan
internet, saya segera mencari pintu keluar dan mencari bus-bus yang katanya
gratis itu.
Di macau ada banyak public bus yang disediakan pemerintah secara gratis. Yang
penting jangan salah naik bus, nanti nyasar malah ga sampe di tujuan yang
tepat, Anyway, saya sudah pernah merasakan nyasar, salah ambil bus, sehingga
harus bolak balik. Untungnya bus nya gratis dan jarak attraction place satu
dengan lainnya ga jauh. Sekitar 5-15 menit an masing- masing. Jadi, kalau ke
macau, pastikan mau kemana dan naik bus nya apa. Karena tidak semua orang di
sana mengerti bahas inggris, jadi kita sendiri harus prepare sebaik mungkin.
Saya ke Venetian Macau. Ini adalah salah satu gedung casino
terbesar dan terkenal di Macau. Tujuan saya, ambil gambar di dalamnya, yang
kabarnya menyuguhkan wisata bak berada di Vienna eropa seperti gambar berikut.
Venetian Macau
Venetian Macau Building (from the outside)
Casino Buildings
Sebenarnya gedung-gedung
casino ini ada beberapa di macau, ngga hanya satu, eksterior dan interior nya
sengaja dibuat bagus sekali. Di dalamnya, selain tempat casino, ada banyak
tempat foto-foto, rekrekasi, shooping, hotel, dan mall. Kalau mau modal nol
rupiah, bisa tuh foto-foto aja sampe puas. Gratis. Anyway, saya dapat keberangkatan ferry untuk
pulang ke Hong Kong jam 1 malam. Jadi saya masih ada spare waktu lumayan lama
(5.5 jam an) di macau. Berbeda dengan Hong Kong yang menggunakan Hong Kong
dollar, macau menggunakan mata uang Pataca (nama mata uang yang belum pernah
saya dengar sebelumnya, honestly). Hong Kong Dollar juga diterima di macau,
just in case kalau ngga punya dan ngga mau tuker ke mata uang pataca, bisa pake
HKD (tidak berlaku sebaliknya). Di macau, ngga ada MTR kaya di Hong Kong,
sebagai gantinya, banyak bus gratis itu yang bisa mengantar kita ke tempat-tempat besar (penting) di macau.
Saat sudah cukup larut malam, saya naik bus kembali ke Ferry terminal
macau (Taipa). Karena saya sampai di gate pas dengan
keberangkatan ferry sebelum jadwal saya (ribet ya), 11.30 pm, sayapun
diperbolehkan masuk ke ferry tersebut karena ferry nya juga lumayan kosong,
sudah malam mungkin. It helps. Daripada saya harus nunggu jam 1 malam, ga
kebayang sampe Hong Kong jam berapa. Sesampai di Hong Kong, saya harus naik
taxi karena MTR sudah tidak beroperasi di atas jam 12 malam. Harus rela merogoh
gocek lebih dalam, tapi untungnya taxi nya ber-argo, jadi ngga bakal
ditipu-tipu masalah harga.
Pagi-pagi, hari ketiga,
saya check out, dan menitipkan koper kecil saya di resepsionis, masih ada
tempat dan waktu untuk eksplore Hong Kong. Pesawat saya malam. Bergegas saya
jalan kaki ke The avenue of stars, cukup 15
menit jalan kaki. Sayangnya cuaca sedang foggy, jadi tidak mendapat gambar epic
gedung-gedung di pulau seberang.
Some pictures taken in the avenue of stars
Puas ambil foto di avenue
of stars, saya ke Ladies market. Tempat yang
menjual segala macam souvenir dan barang-barang dengan harga miring(nya Hong
Kong, which is tetep agak mahal menurut saya). Di Hong Kong saat itu, panas sih
memang, siang suhunya 38 derajat C. Makanya banyak yang bawa payung, saya? Ga
pake, jaket pun ngga. Hitam? Yes. Gapapa. Setalah belanja beberapa item untuk
oleh-oleh keluarga, saya balik ke Hotel untuk mengambil koper saya.
Ladies Market
HKG Airport
Sore, saya ke bandara
dengan MTR. Surprisingly, di Hong Kong International Airport, ada musholla. Jadi bisa sholat dengan proper. Tempatnya
bersih dan tenang. Nyaman buat beribadah. Check in counter saya masih buka 1.5
jam lagi. Alhasil, saya duduk-duduk dan internetan menghabiskan paket data Hong
Kong yang sebentar lagi tidak terpakai.
Di tempat check in, saya
ketemu orang Indonesia, ibuk-ibuk muda, cantik, gendong bayi kira-kira 1.5
tahun. Kami ngobrol dan surprisingly ibuk itu tanya ke saya, “mas penerbangan
kita di-cancel ga ya”. saya respon, “kenapa kok dicancel mba?” Kamudian, dia
bilang ke saya kalau penerbangan-penerbangan pada dicancel karena cuaca buruk.
Sontak kaget sih saya. Tiba-tiba saya kawatir akan jadwal dan keselamatan.
Jadwal: karena saya ga bisa delay atau cancel lagi, besok saya harus sampai
karena lusa wajib ikut agenda akbar penting dan tidak bisa ditinggal, ttd
ijazah. Keselamatan: karena ternyata ada badai. Oh my. Dalam antrean check in
itu, saya keep browsing sambil diselingi ngobrol sama Ibu tadi. Benar, ratusan
penerbangan di Hong Kong dicancel pada hari itu akibat badai. Saya menyudahi
browsing. Giliran saya check in.
Setalah check in, saya,
yang ternyata seatnya bersebelahan dengan Ibuk tadi, menuju ke immigration
check. Seperti biasa, antre mengular. Ini sudah biasa, ngga terlau kaget sih.
Yang kaget adalah, setelah melewati imigrasi, saya jalan, terus, jalan, naik
turun eskalator, dan tidak menemukan departure gate, melainkan kereta seperti
sedang di station dalam kota, tapi ini di bandara. Di dalam imigrasi
internasional. Baru pertama kali sih saya nemu ada kereta di dalam imigrasi.
Bisanya kereta yang terintegrasi di bandara selalu di luar bandara (so far
seingat saya yang saya pernah temui), atau di dalem bandara tapi sebelum masuk
imigrasi. Kereta ini digunakan untuk mengangkut penumpang menuju gate
keberangkatan. Bandara HKG menggunakan kereta karena untuk menuju gate
departure, jaraknya cukup jauh. Yang mengagetkan adalah gate di terminal 2 saja
jumahnya ada 560 gates, jauh melebihi jumlah gate yang pernah saya temui selama
travelling kemana-mana (sejauh ini). Bayangkan betapa banyaknya. Layak sih
kalau harus pakai kereta. Jangan sampe ya salah liat gate, ga kebayang balik
dari gate 495 ke gate 24 misal. Lantai bandara ini berlapis-lapis tingginya.
Berasa ada stasiun MTR banyak di dalam imigrasi bandara. Sayangnya, information
gate saya belum keluar pas saya sampai train stop itu, jadi saya ke food court
dulu untuk makan. Bersama ibu dan dedek bayi tadi, kami makan, yang tempatnya
juga lumayan jauh harus naik-naik escalator lagi. Duh ga kebayang gedenya
bandara ini. Bandara Hong Kong ini memang salah satu yang tersibuk di Asia (mungkin
juga di dunia).
After dinner, informasi
gate saya sudah keluar, dan saya dapat gate 260. Boarding time 1 jam lagi. Saya
dan ibuk tadi jalan capat,turun-turun escalator, mengejar kereta. Naik kereta
menuju gate keberangkatan berasa naik MTR yang pindah dari satu station ke
station lain. Jadi, kalau travelling dari HKG international airport, pastikan
Anda datang jangan mepet-mepet keberangkatan, karena bakal berabe aja kalau
ketinggalan pesawat. Remember, kita harus antre check in (drop baggage), antre
imigrasi, naik turun dan jalan jauh, abis itu naik kereta ke gate yang ratusan
itu sebelum nemuin your departure gate. Untungnya penerbangan saya waktu itu
delayed 1.5 jam, jadi saya tidak terlambat masuk peswat. Ini juga gara-gara
gate info nya mepet munculnya tadi. Harus sering-sering cek layar LCD info penerbangan,
karena di boarding pass saya waktu itu belum ada info gate nya. Pesawat saya
delay akibat alasan cuaca. Anyway, saya jadi terbang. Beberapa penerbangan
malam itu sudah diijinkan untkuk jalan. Saya udah kebayang-bayang bagaimana
nanti di atas kalau badai. Apalagi saya ini naik budget airline pulangnya, maskapai
scoot. Ga ngeremehin budget airlines sih, tapin ya rasa khawatir pasti ada. Pikiran
udah macem-macem, doa komat kamit terus kupanjatkan agar esok ku bisa ttd
ijazah dan wisuda dengan bahagia J.
Peswat kami berhasil take
off, awalnya biasa saja, mulus, beberapa saat itu benar saja, pesawat saya
goyang-goyang, naik turun, jatung kaya jatuh, kemudian diangkat lagi. Seat belt
sign on terus, ga mati-mati. Penumpang ga boleh meninggalkan seat
masing-masing, stay fastened with seat belt. Mulut saya ga berhenti berdoa. Ya
Allah semoga saya kesampean wisuda. Satu jam pertama saya di atas peswat penuh
dengan guncangan kecil-medium. Kalau pesawat sedang kena turbulensi, pasti
kedengar suara gruduk-gruduk dari luar yang sampai di telinga penumpang.
Goyang-goyang kaya naik angkot kuning yang lagi lewat jalanan aspal rusak
karena bolong-bolong kehujanan. Naik turun. Entah, kalau goncang-goncang naik
kendaraan darat berasa biasa saja, but It’s gonna be different in feeling when
it comes to airlines. Ngga ada dataran untuk bersandar, kalau hilang control,
pesawat bisa jatuh, naudzubilllah. Panik-panik sendiri tapi tetep diem, duduk
tegak dengan tenang. Sejam berlalu, akhirnya kami bisa terbang normal, bye
turbulensi. Saya ga bisa tidur. Pukul 02.30 am, saya mendarat selamat di
Singapore. Alhamdulillah.
ARRIVED in SURABAYA
Ada waktu leyeh-leyeh dan
nge charge HP sebelum saya terbang ke Surabaya. Pagi jam 08.30, saya akhirnya
terbang ke Surabaya dan sampai dengan selamat. Tiket pulang saya yang Singapore
Airlines 2 hari lagi? Yasudah harus rela ga dipakai, hangus. Demi ttd Ijazah.
Pangalaman Singapore,
Hong Kong dan macau yang pendek ini betul-betul berkesan bagi saya. Empat hari,
tiga negara. Capek-capek mengejar target tempat untuk dikunjungi, Lari-lari.
Panas-panas. Merasakan makanan baru, kenalan dengan orang baru, naik moda
transportasi baru dan melihat tempat baru adalah hal yang menjadi cerita indah
untuk diingat. Yang sempat awalnya bingung berangkat atau tidak, but then I
made It.